Penyebab dan Kiat Ikhtiar Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah SMKN 22 Jakarta

Apa sih yang dimaksud dengan literasi “literacy”?? secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang dimana artinya adalah orang yang belajar. dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis. Namun dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan budaya.

Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

Namun secara fakta budaya literasi makin luntur di era milenial, dengan kecangihan gawai atau gadget. Hampir semua orang selalu menyalahkan teknologi sebagai penyebab anak tidak mau membaca, apalagi menulis. Apakah memang seperti itu kondisinya?

Ini yang perlu di  evaluasi, gawai tidak sepenuhnya menjadi penyebab rendahnya literasi di Indonesia. Berikut ada beberapa yang menjadi penyebab menurunya budaya literasi yaitu :

  1. Kebiasaan Membaca Belum Dimulai dari Rumah
  2. Perkembangan Teknologi yang Makin Canggih
  3. Sarana Membaca yang Minim
  4. Kurang Motivasi untuk Membaca
  5. Sikap Malas untuk Mengembangkan Gagasan

Akan tetapi, hal tersebut semestinya tidak menjadi persoalan jika diimbangi dengan usaha untuk membangun budaya literasi.  Sesuai pepatah arab mengatakan, “ MAN JADDA  WAJADA”, yang artinya: barang siapa yang sungguh-sungguh  pasti bisa.

Upaya  yang dilakukan oleh SMKN 22 Jakarta dalam menumbuhkembangkan budaya linterasi diantaranya adalah adanya peran, Kerjasama semua pihak, diantaranya menurut pak . Kresno selaku kepala perpus SMKN 22 Jakarta adalah dalam  upaya mengoptimalkan pungsi perpustakaan sebagai sumber bacaan, bagi peseta didik,  dan SMKN 22 Jakarta telah kedatangan tamu seorang pepustakawan namanya Ibu. Restigita Savitri, S.Kom. yang didampingi langsung oleh  Ibu. Dra. Odah Saodah,M.Pd, selaku kepala SMKN 22 Jakarta, Ibu. Restigita Savitri, S.Kom, adalah lulusan  S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, yang saat ini telah bertugas di SMKN 10 Jakarta (17/10). Dalam diskusinya dengan kepala perpus SMKN 22 Jakarta, bapak Kresno, menyampaikan ada beberapa hal yang sangat penting, diantaranya:

  1. Diberikannya  software pembuatan perpustakaan online  yang nama SLIMS, berbasis web  free ware.
  2. Pengenalan Lebeing, pembuatan pungung buku, yang disesuaikan dengan katalognya
  3. belajar cara perekaman transaksi peminjman buku, yang isinya akan dapat mengetahui jumlah buku yang sudah di pinjam, katalog buku, historical pemijaman, jumalah stock buku dan jenis buku yang tersedia.

Berikut adalah rencana kedepan dari SMKN 22 Jakarta dalam revitalisasi perpustakaan, yaitu:

  1. Perubahan tata letak perpustakaan
  2. Buku tamu digital E-Tamu
  3. Perekaman transaksi peminjaman dan Pengembalian Digital
  4. Mengaktifkan Media sosial Instagram Perpussmkn22Jkt
  5. Menyusun Punggung Label Buku sesuai katalog / Dewey Decimal Classification
  6. Reminding Notifikasi Whatsapp pengembalian buku yg lupa.

Berikut ini   penulis  ingin berbagi  minimal ada  7 cara yang harus kita lakukan untuk membangun budaya literasi di era Milenial dan gawai, diantaranya adalah…

Pertama: Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Membaca

Dengan membaca, Anda akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan menyeluruh. Membaca juga sangat efektif untuk me-recall memori. Beberapa ahli mengatakan, membaca menjauhkan kita dari demensian kerusakan pada sistem syaraf yang salah satu dampaknya adalah penurunan daya ingat.

Menumbuhkan kesadaran membaca dapat dimulai dari keluarga. Misalnya, orang tua menyediakan buku bacaan di rumah. Hal tersebut tentu saja diimbangi dengan kerelaan orang tua menyisihkan uang untuk membeli buku. Di sinilah peran orang tua sangat diperlukan untuk membangun budaya literasi.

Kedua: Budayakan Membaca di Sekolah

Oleh karena itu, sekolah dapat dijadikan tempat untuk membudayakan membaca. Hal tersebut sangat berkaitan dengan peran dari kepala sekolah,  guru dan warga sekolah  dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi.  Dukungan regulasi sekolah dan jajaranya sangat membatu  percepatan pertumbuhan budaya literasi disekolah.

Ketiga: Mengoptimalkan Peran Perpustakaan

Perpustakaan merupakan gudang buku, sedangkan buku adalah sumber bacaan dan tulisan. Sejak dua tahun terakhir kita sempat stagnan, karena penyakit pandemi covid 19, tapi saat ini ahmadulillah sudah kondusip untuk kegitan belajar – mengajar disekolah. Hal yang perlu diperbaiki saat ini adalah memaksimalkan peran perpustakaan untuk membangun budaya literasi. Misalnya, menambah koleksi buku, memperbaiki tatanan perpustakaan, atau menambah jam kunjungan. Semua upaya tersebut dilakukan agar perpustakaan menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.

Keempat: Biasakan memberikan Reword hadiah Berupa Buku

Salah satu hal yang dapat dibiasakan agar tercipta budaya literasi adalah membiasakan memberikan buku sebagai hadiah. Misalnya, saat teman siswa memberikan prestasi untk sekolah, artinya sudah mengangkat nama baik sekolah, maka dari pihak manageman memberikan hadiah berupa buku. Dengan begitu, secara tidak langsung siswa sudah diajak untuk membaca.

Kelima: Membentuklah Komunitas Baca

Sudahkan kita memiliki komunitas orang-orang yang gemar membaca? Apakah Anda memilikinya? Atau mungkin Anda memiliki teman-teman yang sama-sama suka membaca. Anda dapat membentuk suatu komunitas untuk membahas buku yang baru saja dibaca. Komunitas tersebut juga bermanfaat agar Anda memiliki referensi-referensi terbaru seputar buku-buku yang Anda suka, baik buku berupa fiksi ataupun non fiksi.

Ke enam: Membiasakan untuk  Menulis Buku Harian atau di blogger.

Kemampuan membaca buku, harus diimbangi juga  dengan kemampuan menulis. Pembiasan menulis dapat dimulai dengan buku harian. Pada era sekarang ini, dapat dimulai dengan menulis blog. Menulis didahului oleh kegiatan membaca karena keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, orang yang terampil menulis biasanya juga pembaca yang baik.

Ke Tujuh: Hargai Karya Tulis, dengan mengadakan kompetisi di sekolah

Langkah berikutnya untuk membangun budaya literasi adalah menghargai karya tulis. Dengan menghargainya, berarti Anda mendukung budaya menulis akademik tumbuh dengan baik di negara kita. Lahirnya ide-ide yang cemerlang untuk mengatasi persoalan bangsa lahir dari suatu tulisan ilmiah.

Tulisan tersebut didapatkan melalui riset sehingga relevan diterapkan untuk mengatasi persoalan. Menghargai karya tulis merupakan salah satu langkah untuk memajukan budaya literasi di Indonesia.

Di masa sekarang, anak-anak lebih akrab dengan telepon genggam daripada buku. Berbagai permainan dan media sosial yang ditawarkan memang sangat menarik. Akan tetapi, membaca dan menulis juga tak kalah menarik jika dibiasakan sejak dini.

About Miswan M.Ag, M.Kom

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SMK Negeri 22 Jakarta